Hari minggu dan senin yang lalu (3-4 Juli '11), gue dapet tugas jaga klinik di salah satu klinik kerjasama dengan jamsostek, askes, jamkesmas. Rata-rata disana seharinya bisa >30 orang pasien, dengan bejibun keluhan per orangnya.
Ini pertama kalinya gue jaga klinik yang ada ikatan kerjasama jamsostek dan semacamnya. Agak sedikit kaget juga sama sistem kerjanya, karna banyak banget yang minta rujukan ke rumah sakit besar, sedangkan gue ga berdomisili di ciledug, jadi lumayan bikin cenat-cenut mikirin RS mana yang meng-cover jamsostek/askes ini...
Hari minggu, keadaan aman terkendali, walopun sekarang kebanyakan pasien yang dateng adalah anak2 piyek yang umurnya dari 2 bulan sampe 5,5 tahun. hehehehe, pengalaman berbicara disini. *sombong*
Pasien terakhir datang sekitar jam setengah 11 malam, habis itu, keadaan kembali aman terkendali sampai besoknya hari senin (4 Juli '11),
diawali beberapa pasien bayi dan anak dengan keluhan yang rata-rata masih sama, batuk-pilek-panas. Menjelang sore, si mba perawat masuk ke kamar gue bilang gini, "dok, abis ini ada orangtua pasien yang mau minta surat rujuk ya buat anaknya, nanti dokter kirim aja ke RSCM." Pernyataan dari si mba perawat ini agak menggelitik rasa penasaran gue, soalnya RS yang mengcover jamsostek dan semacamnya di ciledug itu namanya RS Bhakti Asih. Lah, ini kenapa harus dibawa ke RSCM yang notabene jauh dari ciledug dan pusat segala macam rujukan dari segala macam rumah sakit.
Setelah gue siap duduk di meja dokter, gue panggil nama si pasien. Bapak2, 28-an tahun, masuk ke ruang pemeriksaan sambil gendong bayi yang ketutupan kain gendongan ditangannya. Diikuti si ibu, 25-an tahun, sambil bawa tas besar yang biasa dibawa2 untuk perlengkapan si bayi.
Dengan pede gue keluarin kata-kata yang gue anggap ampuh untuk menyambut setiap pasien yang dateng dengan nada ceria, "Siang, Bayi A ya? kenapa nih, Pak, Bu?", seketika, si bapak langsung tidurin bayinya ke ranjang pemeriksaan dan nengok ke gue dengan raut muka penuh berserah dan senyum simpulnya, "begini loh, dok, anak saya ....................", waktu si bapak lagi ngomong, gue berdiri nyamperin si bayi yang masih ketutup kain gendongan, gue buka dan ternyata bayi itu Hidrochepalus. *kilat menyambar*, bayi ini usianya 2 bulan, for your info. Ini jawaban dari penasaran gue, kenapa harus dirujuk ke RSCM!!
Sambil meriksa si bayi, gue coba ajak ngobrol ayah ibunya, "saya setelah melahirkan baru disuruh periksa, dok, ternyata saya kena tokso."
jadi, untung wanita2 yang mau menikah dan mau hamil, coba di cek Pre Marital Lab. Tokso yang si ibu bayi itu bilang maksudnya adalah Toxoplasmosis. Dimana disebabkan oleh semacam parasit yang ada di hewan peliharaan, contohnya anjing dan kucing.
Gue sampe ga bisa ngmg apa2, cuma bisa bilang, ibu sama bapak yang sabar ya, kuat. dan gue yakin, kata2 itu udah mereka denger ribuan kali dari mulut yang berbeda.
Setelah keluarga kecil itu keluar dari ruang pemeriksaan, gue masuk ke kamar lagi, masih dalam keadaan sedikit merenung dan bengong, gue ambil roti srikaya. Baruuu duduk, sambil mengunyah, pintu di ketok lagi, "dok! pasien ya!", gue makan itu roti cepet2, sampe keselek.... bukannya cepet malah jadi ribeeettt! alhasil, si pasien mesti ekstra nunggu 5 menit-an. Pas gue keluar, sampe di meja periksa, dan dengan senyum serta nada ceria yang sama, gue nanya, "Siang! kenapa nih, bapak?"
si bapak, usia paruh baya, dengan santai dan pedenya, angkat kaki kirinya di samping meja gue dan nunjuk ke jari2 kakinya. Apa yang gue liat? Darah ngalir, ngalir, ngalir........ dalem ati gue ngmg, "($&^^&*(@(^*@&^@*(^!!!!!!*&($&"
si bapak gue suruh naik ke ranjang periksa, berharap pas gue bersihin ngga bakal ada luka yang serius. Sambil nanya2, kenapa dia bisa berdarah2 begitu, si bapak jawab, "saya lagi bawa becak, bu. Pas turunan ga bisa nahannya, jatuh. untung si penumpangnya ngga kenapa2." Setelah luka bersih, yang gue liat adalah jari tengah dan jari manis kaki kiri harus dijait. awalnya, si bapak ini mau aja dijait, tapi tiba-tiba dia diem aja dan berbalik jadi kekeh ga mau dijait, gue juga kekeh dong ngga mau kalo ngga jait. Akhirnya, gue rayu, yang dijait cuma yang jari manisnya aja, karna itu robeknya lebih gila daripada jari tengahnya. si bapak diem lagi, sambil berkutat dengan hpnya, sambil mba perawat siapin alat2 jait.
pelajaran yang gue ambil dari kaki si bapak ini adalah, kuliiiitt kakinyaaa keraaasss gileeee!!! butuh waktu 30 menit dan 3 jarum untuk 4 jahitan di jari manisnya... 2 jarum pertama, mengok!!!!
waktu lagi berusaha keras jait kaki si bapak, ada ibu2 masuk, gue pikir keluarga si bapak ini. tapi ternyata si ibu dengan baik hatinya kasih uang buat berobat bapak tukang becak ini.....
Dalam 1 hari itu gue dapet 2 kisah yang nyaris sama,
si bayi hidrocephalus dan si bapak tukang becak yang harus dijait.
Si bayi pastinya ngga pengen lahir dengan keadaan kepalanya makin lama makin berat karna isi air, yang bikin kepalanya makin lama makin sakit. Apalagi orangtua si bayi yang makin hari akan makin nyalahin dirinya masing2 karna ngga bisa mengurangin sakit anaknya. Terbentur biaya dan keadaaan, tapi mereka ga bisa apa2 kecuali lakuin apapun yang masih bisa dilakuin untuk anaknya.
Si bapak tukang becak yang kakinya harus dijait, pastinya juga ngga pengen kecelakaan yang mengharuskan dia ke klinik, mending uangnya buat keluarganya makan atau anaknya sekolah. Tapi, sebagai dokter, ngga mungkin juga meng-iya-kan permintaan si bapak biar ga dijait aja. Belum lagi setelah ini, kakinya masih belum bisa berfungsi maksimal selama 2-3 minggu ke depan. Makan apa kalo ga narik becak????
Ga jarang dari kita yang bakal terbentur keadaan kaya begini, malah mungkin, kita sering ngalamin saat2 terbentur keadaan?
hal positif yang bisa diambil dari orangtua si bayi dan bapak tukang becak hari itu adalah, mereka ngga biarin keadaan ngalahin tekad mereka. betul?
keadaan yang ngga enak, apapun itu, mungkin ada andil dari kita yang disebut kelalaian. andai si ibu bayi periksa dulu sebelum hamil, atau andai si bapak lebih hati2........
andai..
persiapkan segala sesuatunya dengan matang. *kata-kata untuk diri sendiri*
Ini pertama kalinya gue jaga klinik yang ada ikatan kerjasama jamsostek dan semacamnya. Agak sedikit kaget juga sama sistem kerjanya, karna banyak banget yang minta rujukan ke rumah sakit besar, sedangkan gue ga berdomisili di ciledug, jadi lumayan bikin cenat-cenut mikirin RS mana yang meng-cover jamsostek/askes ini...
Hari minggu, keadaan aman terkendali, walopun sekarang kebanyakan pasien yang dateng adalah anak2 piyek yang umurnya dari 2 bulan sampe 5,5 tahun. hehehehe, pengalaman berbicara disini. *sombong*
Pasien terakhir datang sekitar jam setengah 11 malam, habis itu, keadaan kembali aman terkendali sampai besoknya hari senin (4 Juli '11),
diawali beberapa pasien bayi dan anak dengan keluhan yang rata-rata masih sama, batuk-pilek-panas. Menjelang sore, si mba perawat masuk ke kamar gue bilang gini, "dok, abis ini ada orangtua pasien yang mau minta surat rujuk ya buat anaknya, nanti dokter kirim aja ke RSCM." Pernyataan dari si mba perawat ini agak menggelitik rasa penasaran gue, soalnya RS yang mengcover jamsostek dan semacamnya di ciledug itu namanya RS Bhakti Asih. Lah, ini kenapa harus dibawa ke RSCM yang notabene jauh dari ciledug dan pusat segala macam rujukan dari segala macam rumah sakit.
Setelah gue siap duduk di meja dokter, gue panggil nama si pasien. Bapak2, 28-an tahun, masuk ke ruang pemeriksaan sambil gendong bayi yang ketutupan kain gendongan ditangannya. Diikuti si ibu, 25-an tahun, sambil bawa tas besar yang biasa dibawa2 untuk perlengkapan si bayi.
Dengan pede gue keluarin kata-kata yang gue anggap ampuh untuk menyambut setiap pasien yang dateng dengan nada ceria, "Siang, Bayi A ya? kenapa nih, Pak, Bu?", seketika, si bapak langsung tidurin bayinya ke ranjang pemeriksaan dan nengok ke gue dengan raut muka penuh berserah dan senyum simpulnya, "begini loh, dok, anak saya ....................", waktu si bapak lagi ngomong, gue berdiri nyamperin si bayi yang masih ketutup kain gendongan, gue buka dan ternyata bayi itu Hidrochepalus. *kilat menyambar*, bayi ini usianya 2 bulan, for your info. Ini jawaban dari penasaran gue, kenapa harus dirujuk ke RSCM!!
Sambil meriksa si bayi, gue coba ajak ngobrol ayah ibunya, "saya setelah melahirkan baru disuruh periksa, dok, ternyata saya kena tokso."
jadi, untung wanita2 yang mau menikah dan mau hamil, coba di cek Pre Marital Lab. Tokso yang si ibu bayi itu bilang maksudnya adalah Toxoplasmosis. Dimana disebabkan oleh semacam parasit yang ada di hewan peliharaan, contohnya anjing dan kucing.
Gue sampe ga bisa ngmg apa2, cuma bisa bilang, ibu sama bapak yang sabar ya, kuat. dan gue yakin, kata2 itu udah mereka denger ribuan kali dari mulut yang berbeda.
Setelah keluarga kecil itu keluar dari ruang pemeriksaan, gue masuk ke kamar lagi, masih dalam keadaan sedikit merenung dan bengong, gue ambil roti srikaya. Baruuu duduk, sambil mengunyah, pintu di ketok lagi, "dok! pasien ya!", gue makan itu roti cepet2, sampe keselek.... bukannya cepet malah jadi ribeeettt! alhasil, si pasien mesti ekstra nunggu 5 menit-an. Pas gue keluar, sampe di meja periksa, dan dengan senyum serta nada ceria yang sama, gue nanya, "Siang! kenapa nih, bapak?"
si bapak, usia paruh baya, dengan santai dan pedenya, angkat kaki kirinya di samping meja gue dan nunjuk ke jari2 kakinya. Apa yang gue liat? Darah ngalir, ngalir, ngalir........ dalem ati gue ngmg, "($&^^&*(@(^*@&^@*(^!!!!!!*&($&"
si bapak gue suruh naik ke ranjang periksa, berharap pas gue bersihin ngga bakal ada luka yang serius. Sambil nanya2, kenapa dia bisa berdarah2 begitu, si bapak jawab, "saya lagi bawa becak, bu. Pas turunan ga bisa nahannya, jatuh. untung si penumpangnya ngga kenapa2." Setelah luka bersih, yang gue liat adalah jari tengah dan jari manis kaki kiri harus dijait. awalnya, si bapak ini mau aja dijait, tapi tiba-tiba dia diem aja dan berbalik jadi kekeh ga mau dijait, gue juga kekeh dong ngga mau kalo ngga jait. Akhirnya, gue rayu, yang dijait cuma yang jari manisnya aja, karna itu robeknya lebih gila daripada jari tengahnya. si bapak diem lagi, sambil berkutat dengan hpnya, sambil mba perawat siapin alat2 jait.
pelajaran yang gue ambil dari kaki si bapak ini adalah, kuliiiitt kakinyaaa keraaasss gileeee!!! butuh waktu 30 menit dan 3 jarum untuk 4 jahitan di jari manisnya... 2 jarum pertama, mengok!!!!
waktu lagi berusaha keras jait kaki si bapak, ada ibu2 masuk, gue pikir keluarga si bapak ini. tapi ternyata si ibu dengan baik hatinya kasih uang buat berobat bapak tukang becak ini.....
Dalam 1 hari itu gue dapet 2 kisah yang nyaris sama,
si bayi hidrocephalus dan si bapak tukang becak yang harus dijait.
Si bayi pastinya ngga pengen lahir dengan keadaan kepalanya makin lama makin berat karna isi air, yang bikin kepalanya makin lama makin sakit. Apalagi orangtua si bayi yang makin hari akan makin nyalahin dirinya masing2 karna ngga bisa mengurangin sakit anaknya. Terbentur biaya dan keadaaan, tapi mereka ga bisa apa2 kecuali lakuin apapun yang masih bisa dilakuin untuk anaknya.
Si bapak tukang becak yang kakinya harus dijait, pastinya juga ngga pengen kecelakaan yang mengharuskan dia ke klinik, mending uangnya buat keluarganya makan atau anaknya sekolah. Tapi, sebagai dokter, ngga mungkin juga meng-iya-kan permintaan si bapak biar ga dijait aja. Belum lagi setelah ini, kakinya masih belum bisa berfungsi maksimal selama 2-3 minggu ke depan. Makan apa kalo ga narik becak????
Ga jarang dari kita yang bakal terbentur keadaan kaya begini, malah mungkin, kita sering ngalamin saat2 terbentur keadaan?
hal positif yang bisa diambil dari orangtua si bayi dan bapak tukang becak hari itu adalah, mereka ngga biarin keadaan ngalahin tekad mereka. betul?
keadaan yang ngga enak, apapun itu, mungkin ada andil dari kita yang disebut kelalaian. andai si ibu bayi periksa dulu sebelum hamil, atau andai si bapak lebih hati2........
andai..
persiapkan segala sesuatunya dengan matang. *kata-kata untuk diri sendiri*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar